1. Guttenberg sebagai Pemicu
Dunia cetak-mencetak mulai mengalami kemajuan tak henti-henti sejak dikembangannya mesin cetak oleh Johannes Guttenberg tahun 1455. Mesin cetak ini merupakan yang pertama kalinya di Eropa yang menggunakan cetak logam yang dapat digerakkan (movable metal type). Secara dramatis, penemuan ini meningkatkan kecepatan produksi barang cetakan, termasuk buku dan majalah. Mesin cetak juga mengurangi waktu yang digunakan dalam produksi buku dan majalah sebelumnya.
Di Amerika, majalah merupakan media cetak yang terbit belakangan setelah buku dan surat kabar.Hingga tahun 1800-an, tak satu pun majalah yang terbit sanggup bertahan lebih dari 14 bulan. Sampai tahun 1890, majalah-majalah terkemuka di Amerika seperti Harper’s, Century, dan Scribner’s ditujukan untuk kaum minoritas, yakni warga masyarakat yang kaya, agamawan, bangsawan, dan ilmuwan. Perubahan khalayak dari kalangan tertentu ke masyarakat luas, bagi majalah terjadi 50 tahun lebih lambat daripada koran. Isi majalahnya pun jauh dari selera, daya tangkap, dan kepentingan orang kebanyakan. Majalah-majalah yang beredar pada masa itu seperti Atlantic dan Harper’s masih penuh dengan artikel-artikel yang akan memusingkan orang kebanyakan.
Di masa ini, telah ada mesin cetak, kereta api, dan telegram untuk mengirim-menerima berita. Mesin-mesn cetak rintisan Guttenberg mulai berubah ke mesin cetak Columbia. Sampai 1825, media cetak di AS masih menggunakan mesin cetak silinder bertenaga uap yang hanya bisa mencetak 2000 eksemplar per jam. Penggunaan mesin silinder ganda hanya dapat menaikkan produksi dua kali lipat. Baru setelah mesin cetak putar tenaga listrik digunakan, koran-koran bisa mencetak 20.000 eksemplar per jam.
2. Sejarah singkat Perkembangan Majalah
Majalah yang paling awal adalah Erbauliche Monaths – Unterredungen (1663–1668) diterbitkan oelh Johann Rist, seorang teolog dan penyair dari Hamburg, Jerman.
Bentukan iklan buku dikenalkan sejak tahun 1650, berupa feature yang muncul secara reguler dan kadang diberi ulasan. Katalog-katalog reguler terbit, seperti Mercurius Librarius atau A Catalogue of Books (1668-1670). Tetapi, selama abad 17 terbitan semacam itu rata-rata berumur pendek.
Jenis majalah yang lebih ringan isinya, atau berkala hiburan, pertama kali terbit pada 1672, yaitu Le Mercure Galant, didirikan oleh seorang penulis, Jean Donneau de Vice. Isinya: kisah-kisah kehidupan, anekdot, dan mutiara hikmah.
Di awal terbitannya, berbagai majalah didesain hanya untuk kalangan terbatas. Penerbitnya lebih suka disebut pengelola”quality” magazines. Sejak 1830-an, bermunculan majalah-majalah berharga murah, yang ditujukan kepada publik yang lebih luas. Awalnya berbagai majalah ini menyajikan mater-materi yang bersifat meningkatkan, mencerahkan, dan menghibur keluarga. Tapi, pada akhir abad 18 berkembang majalah-majalah populer yang semata-mata menyajikan hiburan. Di Inggris, Charles Knight menjadi pelopor majalah jenis baru ini. Ia menerbitkan mingguan Penny Magazine (1832 – 1846) dan Penny Cyclopedia (1833 – 1858). Di samping majalah populer, muncul pula berbagai penerbitan majalah serially yang dipenuhi dengan gambar-gambar ilustrasi. Di AS, sampai tahun 1850, perkembangan itu tidak ditemukan. Yang tercatat mengmbangkan penerbitan berskala nasional jangkauan oplahnya yaitu Saturday Evening Post (1821 – 1869) dan Youth Companion (1827 – 1929).
Pada seperempat akhir abad 19, penerbitan majalah mengalami peningkatan pasar. Masyarakat mendapat limpahan informasi dan hiburan. George Newness menyalurkan hobinya yang berawal dari kesukaannya menggunting paragraf-paragraf, pada 1881, dengan menerbitkan Tit-Bits yang terbit secara periodik, dan menyebar secara meluasmelintasi batas negara. Hal tersebut diikuti oleh the Strand yang menjadi populer karena kisah-kisah Sherlock Holmes karya Sir Arthur Conan Doyle.
3. Perubahan Besar
Perubahan besar dalam industri majalah terjadi pada tahun 1890-an, ketika S.S. McClure, Frank Musey, Cyrus Curtis, dan sejumlah penerbit lain mulai mengubah industri penerbitan majalah secara revolusioner. Mereka melihat adanya ratusan ribu calon pelanggan yang belum terlayani oleh majalah yang ada. Mereka juga melihat bahwa iklan akan memainkan peranan penting dalam perekonomian AS. Maka, para tokoh ini menciptakan majalah yang isinya sesuai dengan selera dan kepentingan orang banyak. Munsey’s dan McClure’s mulai menyajikan liputan olahraga di Harvard yang disusul dengan artikel olahraga umum, tulisan tentang perang, lagu-lagu populer, para pesohor (selebritis), dan sebagainya. Curtis lalu menerbitkan majalah khusus kaum ibu, Ladies’ Home Journal, yang kemudian menjadi majalah pertama yang mencapai tiras 1 juta. Majalah-majalah khusus seni dan arsitektur, kesehatan, dan sebagainya segera ikut bermunculan. Terjadilah fenomena yang disebut dengan popularisasi dan segmentasi isi.
Para penerbit majalah juga berusaha menekan harga agar bisa terjangkau oleh orang kebanyakan. Pada tahun 1893, Frank Munsey menjual Munsey’s seharga 10 sen, jauh lebih murah daripada majalah lain. Iklan menjadi kian penting daripada harga majalah. Curtis kemudian bahkan menurunkan harga majalahnya menjadi 5 sen, lebih murah daripada harga kertas majalahnya sendiri. Isi populer dan harga murah itu sukses menjaring banyak pembeli, sehingga pengiklan pun tertarik. Kerugian akibat harga yang lebih murah daripada biaya produksi ditutup oleh penghasilan dari iklan. Redistribusi pendapatan memunculkan kelas menengah yang daya belinya lebih baik, dan mereka merupakan pasar potensial aneka produk massal yang dapat dijaring melalui iklan di majalah. Hal ini juga mendorong penerbit untuk berusaha membidik pembeli yang homogen guna memudahkan segmentasi iklan.
Dulu, untuk mempercepat reproduksi majalah mempekerjakan banyak seniman yang masing-masing membuat sebagian gambar yang lalu disatukan sebelum digunakan sebagai materi cetakan. Teknik cetak foto modern jelas serba lebih mudah. Pengiriman foto juga gampang dilakukan sejak adanya kamera saku dan jasa pencetakan dan pengiriman foto kilat sejak 1935. Jika sebelumnya produk bacaan (cetak) dan aksesnya hanya tersedia bagi kalangan tertentu, maka belakangan produk-produk tersebut dapat diproduksi lebih banyak dan menyebar ke pembaca yang lebih luas. Terbitan koran dan majalah juga termasuk yang harus berusaha keras menyesuaikan diri dengan kondisi-kondisi baru ini. Banyak majalah raksasa yang tertekan, Tidak sedikit mingguan atau bulanan yang sudah puluhan tahun terbit dan berjangkauan luas akhirnya terpaksa tutup.
Majalah yang mampu bertahan umumnya yang bersifat khusus, seperti majalah khusus wisata (Sunset), olahraga (Sport Illustrated), hobi perahu layar (Yachting), penggemar acara televisi (TV Guide), atau berita-berita ilmiah (Scientific American). Majalah-majalah yang meliput segala hal (pusparagam) seperti Collier’s dan Saturday Evening Post, sudah bukan zamannya lagi, bahkan juga bagi yang awalnya begitu terkenal seperti Life dan Look. Sekarang adalah zaman majalah-majalah khusus.
Welcome To My Blog Dwi Febrianti
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT akhirnya Blog saya jadi juga.....
Ada yang pernah berkata sama saya, ketika kita melakukan atau mengerjakan sebuah pekerjaan atau tugas tidak boleh mengeluh dan merasa pekerjaan atau tugas itu sulit dikerjakan tetapi kita harus meyakinkan diri kita pasti Bisa mengerjakan pekerjaan atau tugas yang diberikan pada kita.
ketika kita berpikir seperti itu, maka pekerjaan atau tugas yang sebenarnya sulit akan dengan mudah kita kerjakan dan dengan cepat terselesaikan.
Aku percaya dengan kalimat itu, karena tadinya mau membuat blog ini saya merasa kesulitan karena baru pertama kalinya membuat Blog, tetapi dengan semangat dan yakin pada diri sendiri bahwa SAYA PASTI BISA, alhamdulillah saya bisa juga buat blog sendiri.
Bangganya Diriku, hehehe....^-^
Ada yang pernah berkata sama saya, ketika kita melakukan atau mengerjakan sebuah pekerjaan atau tugas tidak boleh mengeluh dan merasa pekerjaan atau tugas itu sulit dikerjakan tetapi kita harus meyakinkan diri kita pasti Bisa mengerjakan pekerjaan atau tugas yang diberikan pada kita.
ketika kita berpikir seperti itu, maka pekerjaan atau tugas yang sebenarnya sulit akan dengan mudah kita kerjakan dan dengan cepat terselesaikan.
Aku percaya dengan kalimat itu, karena tadinya mau membuat blog ini saya merasa kesulitan karena baru pertama kalinya membuat Blog, tetapi dengan semangat dan yakin pada diri sendiri bahwa SAYA PASTI BISA, alhamdulillah saya bisa juga buat blog sendiri.
Bangganya Diriku, hehehe....^-^
Sabtu, 05 Desember 2009
Minggu, 25 Oktober 2009
Teori Difusi Inovasi dari Everett M. Rogers
Munculnya Teori Difusi Inovasi dimulai pada awal abad ke-20, tepatnya tahun 1903, ketika seorang sosiolog Perancis, Gabriel Tarde, memperkenalkan Kurva Difusi berbentuk S (S-shaped Diffusion Curve). Kurva ini pada dasarnya menggambarkan bagaimana suatu inovasi diadopsi seseorang atau sekolompok orang dilihat dari dimensi waktu. Pada kurva ini ada dua sumbu dimana sumbu yang satu menggambarkan tingkat adopsi dan sumbu yang lainnya menggambarkan dimensi waktu.
Pada tahun 1962 Everett Rogers menulis sebuah buku yang berjudul “ Diffusion of Innovations “ yang selanjutnya buku ini menjadi landasan pemahaman tentang inovasi, mengapa orang mengadopsi inovasi, faktor-faktor sosial apa yang mendukung adopsi inovasi, dan bagaimana inovasi tersebut berproses di antara masyarakat.
Menurut Rogers, definisi difusi sebagai proses di mana suatu inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu dalam jangka waktu tertentu di anatar para anggota suatu sistem sosial (The Process by Which an innovation is Communicated Through Certain Channels Overtime Among The Members Of a Social System). Difusi adalah suatu jenis khusus komunikasi yang berkaitan dengan penyebaran pesan-pesan sebagai ide baru. Sedangkan Komunikasi didefinisikan sebagai proses di mana para pelakunya menciptakan informasi dan saling pertukaran informasi tersebut untuk mencapai pengertian bersama. Di dalam isi pesan itu terdapat ketermasaan (Newness) yang memberikan kepada difusi ciri khusus yang menyangkut ketidakpastian (Uncertainty). Ketidakpastian adalah suatu derajat di mana sejumlah alternatif dirasakannya berkaitan dengan suatu peristiwa beserta kemungkinan-kemungkinan pada alternatif tersebut. Derajat ketidakpastian oleh seseorang akan dapat dikurangi dengan jalan memperoleh informasi.
Rogers menyatakan bahwa inovasi adalah ““an idea, practice, or object perceived as new by the individual.” (suatu gagasan, praktek, atau benda yang dianggap/dirasa baru oleh individu). Dengan definisi ini maka kata perceived menjadi kata yang penting karena pada mungkin suatu ide, praktek atau benda akan dianggap sebagai inovasi bagi sebagian orang tetapi bagi sebagian lainnya tidak, tergantung apa yang dirasakan oleh individu terhadap ide, praktek atau benda tersebut.
Sesuai dengan pemikiran Rogers, dalam proses difusi inovasi terdapat 4 (empat) elemen pokok, yaitu:
(1) Inovasi; gagasan, tindakan, atau barang yang dianggap baru oleh seseorang. Dalam hal ini, kebaruan inovasi diukur secara subjektif menurut pandangan individu yang menerimanya. Jika suatu ide dianggap baru oleh seseorang maka ia adalah inovasi untuk orang itu. Konsep ’baru’ dalam ide yang inovatif tidak harus baru sama sekali.
(2) Saluran komunikasi; ’alat’ untuk menyampaikan pesan-pesan inovasi dari sumber kepada penerima. Dalam memilih saluran komunikasi, sumber paling tidakperlu memperhatikan (a) tujuan diadakannya komunikasi dan (b) karakteristik penerima. Jika komunikasi dimaksudkan untuk memperkenalkan suatu inovasi kepada khalayak yang banyak dan tersebar luas, maka saluran komunikasi yang lebih tepat, cepat dan efisien, adalah media massa. Tetapi jika komunikasi dimaksudkan untuk mengubah sikap atau perilaku penerima secara personal, maka saluran komunikasi yang paling tepat adalah saluran interpersonal.
(3) Jangka waktu; proses keputusan inovasi, dari mulai seseorang mengetahui sampai memutuskan untuk menerima atau menolaknya, dan pengukuhan terhadap keputusan itu sangat berkaitan dengan dimensi waktu. Paling tidak dimensi waktu terlihat dalam
(a) proses pengambilan keputusan inovasi
(b) keinovatifan seseorang: relatif lebih awal atau lebih lambat dalammenerima inovasi, dan
(c) kecepatan pengadopsian inovasi dalam sistem sosial.
(4) Sistem sosial; kumpulan unit yang berbeda secara fungsional dan terikat dalam kerjasama untuk memecahkan masalah dalam rangka mencapai tujuan bersama
Lebih lanjut teori yang dikemukakan Rogers (1995) memiliki relevansi dan argumen yang cukup signifikan dalam proses pengambilan keputusan inovasi. Teori tersebut antara lain menggambarkan tentang variabel yang berpengaruh terhadap tingkat adopsi suatu inovasi serta tahapan dari proses pengambilan keputusan inovasi. Anggota sistem sosial dapat dibagi ke dalam kelompok-kelompok adopter (penerima inovasi) sesuai dengan tingkat keinovatifannya (kecepatan dalam menerima inovasi). Salah satu pengelompokan yang bisa dijadikan rujuakan adalah pengelompokan berdasarkan kurva adopsi, yang telah duji oleh Rogers (1961). Gambaran tentang pengelompokan adopter dapat dilihat sebagai berikut:
1. Innovators: Sekitar 2,5% individu yang pertama kali mengadopsi inovasi. Cirinya: petualang, berani mengambil resiko, mobile, cerdas, kemampuan ekonomi tinggi.
2. Early Adopters (Perintis/Pelopor): 13,5% yang menjadi para perintis dalam penerimaan inovasi. Cirinya: para teladan (pemuka pendapat), orang yang dihormati, akses di dalam tinggi
3. Early Majority (Pengikut Dini): 34% yang menjadi pera pengikut awal. Cirinya: penuh pertimbangan, interaksi internal tinggi.
4. Late Majority (Pengikut Akhir): 34% yang menjadi pengikut akhir dalam penerimaan inovasi. Cirinya: skeptis, menerima karena pertimbangan ekonomi atau tekanan social, terlalu hati-hati.
5. Laggards (Kelompok Kolot/Tradisional): 16% terakhir adalah kaum kolot/tradisional. Cirinya: tradisional, terisolasi, wawasan terbatas, bukan opinion leaders,sumberdaya terbatas.
Mengenai saluran komunikasi sebagai sarana untuk menyebarkan inovasi, Rogers menyatakan bahwa media massa lebih efektif untuk menciptakan pengetahuan tentang inovasi, sedangkan saluran antarpribadi lebih efektif dalam pembentukan dan percobaan sikap terhadap ide baru, jadi dalam upaya mempengaruhi keputusan untuk melakukan adopsi atau menolak ide baru.
Model Difusi Inovasi akhir-akhir ini banyak digunakan sebagai pendekatan dalam komunikasi pembangunan, terutama di negara-negara berkembang termasuk Indonesia.
Contohnya adalah strategi percepatan adopsi inovasi teknologi pertanian Dan hampir semua inovasi, apakah berupa ide atau produk, memerlukan proses difusi agar bisa diadopsi. Contoh, traktor agar petani bisa berpindah dari pola tradisional ke pola pertanian modern. Metode pembelajaran aktif agar guru berpindah dari metode pendidikan tradisional ke metode pendidikan modern. Kompor gas, agar para ibu rumah tangga, bahkan di pedesaan dapat berpindah dari pola kompor minyak atau kayu ke kompor gas. Semuanya membutuhkan proses difusi yang melibatkan teknik komunikasi tertentu agar dapat diterima oleh suatu sistem sosial tertentu. Semua inovasi, memiliki karakteristik yang berbeda baik dari sisi inovasinya itu sendiri maupun sistem sosial dimana inovasi tersebut akan diberlakukan. Oleh karena itu, pendekatan komunikasi yang harus digunakan juga akan berbeda satu sama lain.
Contoh yang lebih fenomenal adalah keberhasilan Pemerintah Orde Baru dalam melaksanakan program Keluarga Berencana (KB). Dalam program tersebut, suatu inovasi yang bernama Keluarga Berencana, dikomunikasikan melalui berbagai saluran komunikasi baik saluran interpersonal maupun saluran komunikasi yang berupa media massa, kepada suatu sistem sosial yaitu seluruh masyarakat Indonesia. Dan itu terjadi dalam kurun waktu tertentu agar inovasi yang bernama Keluarga Berencana Tersebut dapat dimengerti, dipahami, diterima, dan diimplementasikan (diadopsi) oleh masyarakat Indonesia. Program Keluarga Berencana di Indonesia dilaksanakan dengan menerapkan prinsip difusi inovasi. Ini adalah contoh difusi inovasi, dimana inovasinya adalah suatu ide atau program kegiatan, bukan produk.
D A F T A R P U S T A K A
1. Rogers, Everett M (1983), Diffusion of Innovation, The Free Press, A Division of Macmillan Publishing C., Inc. New York.
2. Onong Uchjana Effendy, M.A, Prof. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. PT. CITRA ADITYA BAKTI, Bandung, 2003.
3. Sumber Lainnya.
Pada tahun 1962 Everett Rogers menulis sebuah buku yang berjudul “ Diffusion of Innovations “ yang selanjutnya buku ini menjadi landasan pemahaman tentang inovasi, mengapa orang mengadopsi inovasi, faktor-faktor sosial apa yang mendukung adopsi inovasi, dan bagaimana inovasi tersebut berproses di antara masyarakat.
Menurut Rogers, definisi difusi sebagai proses di mana suatu inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu dalam jangka waktu tertentu di anatar para anggota suatu sistem sosial (The Process by Which an innovation is Communicated Through Certain Channels Overtime Among The Members Of a Social System). Difusi adalah suatu jenis khusus komunikasi yang berkaitan dengan penyebaran pesan-pesan sebagai ide baru. Sedangkan Komunikasi didefinisikan sebagai proses di mana para pelakunya menciptakan informasi dan saling pertukaran informasi tersebut untuk mencapai pengertian bersama. Di dalam isi pesan itu terdapat ketermasaan (Newness) yang memberikan kepada difusi ciri khusus yang menyangkut ketidakpastian (Uncertainty). Ketidakpastian adalah suatu derajat di mana sejumlah alternatif dirasakannya berkaitan dengan suatu peristiwa beserta kemungkinan-kemungkinan pada alternatif tersebut. Derajat ketidakpastian oleh seseorang akan dapat dikurangi dengan jalan memperoleh informasi.
Rogers menyatakan bahwa inovasi adalah ““an idea, practice, or object perceived as new by the individual.” (suatu gagasan, praktek, atau benda yang dianggap/dirasa baru oleh individu). Dengan definisi ini maka kata perceived menjadi kata yang penting karena pada mungkin suatu ide, praktek atau benda akan dianggap sebagai inovasi bagi sebagian orang tetapi bagi sebagian lainnya tidak, tergantung apa yang dirasakan oleh individu terhadap ide, praktek atau benda tersebut.
Sesuai dengan pemikiran Rogers, dalam proses difusi inovasi terdapat 4 (empat) elemen pokok, yaitu:
(1) Inovasi; gagasan, tindakan, atau barang yang dianggap baru oleh seseorang. Dalam hal ini, kebaruan inovasi diukur secara subjektif menurut pandangan individu yang menerimanya. Jika suatu ide dianggap baru oleh seseorang maka ia adalah inovasi untuk orang itu. Konsep ’baru’ dalam ide yang inovatif tidak harus baru sama sekali.
(2) Saluran komunikasi; ’alat’ untuk menyampaikan pesan-pesan inovasi dari sumber kepada penerima. Dalam memilih saluran komunikasi, sumber paling tidakperlu memperhatikan (a) tujuan diadakannya komunikasi dan (b) karakteristik penerima. Jika komunikasi dimaksudkan untuk memperkenalkan suatu inovasi kepada khalayak yang banyak dan tersebar luas, maka saluran komunikasi yang lebih tepat, cepat dan efisien, adalah media massa. Tetapi jika komunikasi dimaksudkan untuk mengubah sikap atau perilaku penerima secara personal, maka saluran komunikasi yang paling tepat adalah saluran interpersonal.
(3) Jangka waktu; proses keputusan inovasi, dari mulai seseorang mengetahui sampai memutuskan untuk menerima atau menolaknya, dan pengukuhan terhadap keputusan itu sangat berkaitan dengan dimensi waktu. Paling tidak dimensi waktu terlihat dalam
(a) proses pengambilan keputusan inovasi
(b) keinovatifan seseorang: relatif lebih awal atau lebih lambat dalammenerima inovasi, dan
(c) kecepatan pengadopsian inovasi dalam sistem sosial.
(4) Sistem sosial; kumpulan unit yang berbeda secara fungsional dan terikat dalam kerjasama untuk memecahkan masalah dalam rangka mencapai tujuan bersama
Lebih lanjut teori yang dikemukakan Rogers (1995) memiliki relevansi dan argumen yang cukup signifikan dalam proses pengambilan keputusan inovasi. Teori tersebut antara lain menggambarkan tentang variabel yang berpengaruh terhadap tingkat adopsi suatu inovasi serta tahapan dari proses pengambilan keputusan inovasi. Anggota sistem sosial dapat dibagi ke dalam kelompok-kelompok adopter (penerima inovasi) sesuai dengan tingkat keinovatifannya (kecepatan dalam menerima inovasi). Salah satu pengelompokan yang bisa dijadikan rujuakan adalah pengelompokan berdasarkan kurva adopsi, yang telah duji oleh Rogers (1961). Gambaran tentang pengelompokan adopter dapat dilihat sebagai berikut:
1. Innovators: Sekitar 2,5% individu yang pertama kali mengadopsi inovasi. Cirinya: petualang, berani mengambil resiko, mobile, cerdas, kemampuan ekonomi tinggi.
2. Early Adopters (Perintis/Pelopor): 13,5% yang menjadi para perintis dalam penerimaan inovasi. Cirinya: para teladan (pemuka pendapat), orang yang dihormati, akses di dalam tinggi
3. Early Majority (Pengikut Dini): 34% yang menjadi pera pengikut awal. Cirinya: penuh pertimbangan, interaksi internal tinggi.
4. Late Majority (Pengikut Akhir): 34% yang menjadi pengikut akhir dalam penerimaan inovasi. Cirinya: skeptis, menerima karena pertimbangan ekonomi atau tekanan social, terlalu hati-hati.
5. Laggards (Kelompok Kolot/Tradisional): 16% terakhir adalah kaum kolot/tradisional. Cirinya: tradisional, terisolasi, wawasan terbatas, bukan opinion leaders,sumberdaya terbatas.
Mengenai saluran komunikasi sebagai sarana untuk menyebarkan inovasi, Rogers menyatakan bahwa media massa lebih efektif untuk menciptakan pengetahuan tentang inovasi, sedangkan saluran antarpribadi lebih efektif dalam pembentukan dan percobaan sikap terhadap ide baru, jadi dalam upaya mempengaruhi keputusan untuk melakukan adopsi atau menolak ide baru.
Model Difusi Inovasi akhir-akhir ini banyak digunakan sebagai pendekatan dalam komunikasi pembangunan, terutama di negara-negara berkembang termasuk Indonesia.
Contohnya adalah strategi percepatan adopsi inovasi teknologi pertanian Dan hampir semua inovasi, apakah berupa ide atau produk, memerlukan proses difusi agar bisa diadopsi. Contoh, traktor agar petani bisa berpindah dari pola tradisional ke pola pertanian modern. Metode pembelajaran aktif agar guru berpindah dari metode pendidikan tradisional ke metode pendidikan modern. Kompor gas, agar para ibu rumah tangga, bahkan di pedesaan dapat berpindah dari pola kompor minyak atau kayu ke kompor gas. Semuanya membutuhkan proses difusi yang melibatkan teknik komunikasi tertentu agar dapat diterima oleh suatu sistem sosial tertentu. Semua inovasi, memiliki karakteristik yang berbeda baik dari sisi inovasinya itu sendiri maupun sistem sosial dimana inovasi tersebut akan diberlakukan. Oleh karena itu, pendekatan komunikasi yang harus digunakan juga akan berbeda satu sama lain.
Contoh yang lebih fenomenal adalah keberhasilan Pemerintah Orde Baru dalam melaksanakan program Keluarga Berencana (KB). Dalam program tersebut, suatu inovasi yang bernama Keluarga Berencana, dikomunikasikan melalui berbagai saluran komunikasi baik saluran interpersonal maupun saluran komunikasi yang berupa media massa, kepada suatu sistem sosial yaitu seluruh masyarakat Indonesia. Dan itu terjadi dalam kurun waktu tertentu agar inovasi yang bernama Keluarga Berencana Tersebut dapat dimengerti, dipahami, diterima, dan diimplementasikan (diadopsi) oleh masyarakat Indonesia. Program Keluarga Berencana di Indonesia dilaksanakan dengan menerapkan prinsip difusi inovasi. Ini adalah contoh difusi inovasi, dimana inovasinya adalah suatu ide atau program kegiatan, bukan produk.
D A F T A R P U S T A K A
1. Rogers, Everett M (1983), Diffusion of Innovation, The Free Press, A Division of Macmillan Publishing C., Inc. New York.
2. Onong Uchjana Effendy, M.A, Prof. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. PT. CITRA ADITYA BAKTI, Bandung, 2003.
3. Sumber Lainnya.
Tugas II
Perkembangan digitalisasi adalah buah dari perkembangan teknologi yang begitu pesat saat ini. Sehingga mau tidak mau sebagai negara yang berkembang Indonesia harus juga masuk ke era digitalisasi, karena sudah merupakan tuntutan zaman dan globalisasi. Dimana, Perkembangan digitalisasi ini akan berpengaruh pada masyarakat dan pada media massa. Dimana masyarakat dengan mudah mendapat informasi melalui media massa seperti Televisi, Radio, Surat Kabar dan bahkan sekarang dapat mengakses melalui internet.
Zaman dahulu sebelum berkembangnya digitalisasi, masyarakat harus menempuh jarak jauh untuk mengantarkan sebuah surat atau pesan terhadap orang lian. Tetapi sekarang berbeda, melalui Televisi, Radio, surat kabar dapat dengan mudah mendapatkan informasi atau berita-berita yang up to date, aktual dan relevan.
Dan terlihat jelas juga dimasa lalu ketika pengambilan foto atau gambar, prosesnya memakan waktu yang lama. Untuk tiba di ruang redaksi, kadang-kadang klise foto harus dikirim melalui jarak yang jauh, memakai kendaraan, kreta api, kapal bahkan pesawat. Itu pun masih membutuhkan waktu lama di ruang gelap untuk proses cetak. Sekarang semua dapat dilakukan sekaligus dengan menggunakan kamera digital, handphone, bahkan komputer laptop. Sesaat setelah gambar diambil dengan kamera digital dapat dengan segera disambungkan dengan kabel atau bluetooth ke komputer, dan dalam hitungan detik komputer dengan segera membaca dan mendownload foto dan menampilkan ke layar komputer
Seperti yang kita ketahui, sebelumnya proses jurnalistik berlangsung searah, dan kita harus percaya pada para editor, reporter dan fotogarafer dan mengambil apa yang mereka sodorkan. Ini tidak berlaku lagi. Diskusi bahkan perdebatan terhadap semua issu semakin diperkaya pada era digital. Kita dapat dengan mudah mengomentari, mengeritik, memberikan koreksi terhadap sebuah berita. Melalui internet memungkinkan jurnalis mendapatkan fakta-fakta dengan cara yang sangat berbeda. Mencari fakta sekarang amat mudah. Namun demikian, pelaporan melalu internet berarti bahwa seorang jurnalis tetap harus mengecek fakta-fakta dan tidak mengambilnya bulat-bulat, hanya karena sumbernya mengatakan benar.. Internet merupakan kebutuhan bagi banyak orang karena dengan internet kita bisa mengakses dan menemukan segala informasi di seluruh dunia dengan cepat dan mudah. Kebutuhan internet yang sangat penting membuat peningkatan jumlah pemakai internet setiap tahun yang selalu meningkat di seluruh dunia. Di Indonesia sendiri jumlah pemakai internet selalu meningkat dengan peningkatan yang cukup besar. Siapa pun dapat menaruh apa pun di Internet. Luciano Floridi (1995) berpendapat bahwa Internet tampil seperti perpustakaan raksasa di mana setiap setengah jam sejumlah buku ditumpukkan di pintunya dan setiap hari mengubah posisi buku di rak-raknya.”
Berkembangnya era digitalisasi, mendorong media tradisional untuk dapat berkembang menyediakan edisi online agar dapat dengan mudah diakses oleh siapapun. Tampilan surat kabar online di internet yang pertama di Indonesia dirintis oleh Harian Republika dengan terbitnya RepublikaOnline.Com edisi internet koran itu pada tahun 1995. Beberapa artikel utamanya ditampilkan di situs web, yang dibaharui setiap hari sesuai periode terbit edisi cetaknya.
Zaman dahulu sebelum berkembangnya digitalisasi, masyarakat harus menempuh jarak jauh untuk mengantarkan sebuah surat atau pesan terhadap orang lian. Tetapi sekarang berbeda, melalui Televisi, Radio, surat kabar dapat dengan mudah mendapatkan informasi atau berita-berita yang up to date, aktual dan relevan.
Dan terlihat jelas juga dimasa lalu ketika pengambilan foto atau gambar, prosesnya memakan waktu yang lama. Untuk tiba di ruang redaksi, kadang-kadang klise foto harus dikirim melalui jarak yang jauh, memakai kendaraan, kreta api, kapal bahkan pesawat. Itu pun masih membutuhkan waktu lama di ruang gelap untuk proses cetak. Sekarang semua dapat dilakukan sekaligus dengan menggunakan kamera digital, handphone, bahkan komputer laptop. Sesaat setelah gambar diambil dengan kamera digital dapat dengan segera disambungkan dengan kabel atau bluetooth ke komputer, dan dalam hitungan detik komputer dengan segera membaca dan mendownload foto dan menampilkan ke layar komputer
Seperti yang kita ketahui, sebelumnya proses jurnalistik berlangsung searah, dan kita harus percaya pada para editor, reporter dan fotogarafer dan mengambil apa yang mereka sodorkan. Ini tidak berlaku lagi. Diskusi bahkan perdebatan terhadap semua issu semakin diperkaya pada era digital. Kita dapat dengan mudah mengomentari, mengeritik, memberikan koreksi terhadap sebuah berita. Melalui internet memungkinkan jurnalis mendapatkan fakta-fakta dengan cara yang sangat berbeda. Mencari fakta sekarang amat mudah. Namun demikian, pelaporan melalu internet berarti bahwa seorang jurnalis tetap harus mengecek fakta-fakta dan tidak mengambilnya bulat-bulat, hanya karena sumbernya mengatakan benar.. Internet merupakan kebutuhan bagi banyak orang karena dengan internet kita bisa mengakses dan menemukan segala informasi di seluruh dunia dengan cepat dan mudah. Kebutuhan internet yang sangat penting membuat peningkatan jumlah pemakai internet setiap tahun yang selalu meningkat di seluruh dunia. Di Indonesia sendiri jumlah pemakai internet selalu meningkat dengan peningkatan yang cukup besar. Siapa pun dapat menaruh apa pun di Internet. Luciano Floridi (1995) berpendapat bahwa Internet tampil seperti perpustakaan raksasa di mana setiap setengah jam sejumlah buku ditumpukkan di pintunya dan setiap hari mengubah posisi buku di rak-raknya.”
Berkembangnya era digitalisasi, mendorong media tradisional untuk dapat berkembang menyediakan edisi online agar dapat dengan mudah diakses oleh siapapun. Tampilan surat kabar online di internet yang pertama di Indonesia dirintis oleh Harian Republika dengan terbitnya RepublikaOnline.Com edisi internet koran itu pada tahun 1995. Beberapa artikel utamanya ditampilkan di situs web, yang dibaharui setiap hari sesuai periode terbit edisi cetaknya.
Jumat, 16 Oktober 2009
S a h a b at....???
Apa arti sahabat...???
Kata orang, sahabat adalah tempat berbagi suka maupun duka bersama.
Apa bedanya sahabat dan teman...???
Kata orang, sahabat dan teman itu beda...
Dimana sahabat ada disaat kita suka maupun duka, kalau teman biasanya ada saat dia butuh.
Apa gunanya punya sahabat...????
Kata Orang, kita bisa mencurahkan isi hati kita, masalah kita, dan sebagainya.
Apa punya sahabat menyenangkan...???
Kata Orang, Ya Iyalah kan kita selalu bersama saat suka maupun duka.
Apa semua itu benar...???
tapi...Bagaimana jika yang dikatakan sahabat tdk ada saat bersedih dan berduka, tidak dapat menyimpan curahan hati....???
Apa masih pantaskah dikatakan sahabat....???
Inilah sulitnya....
Disaat senang dan suka bersama sahabat, malah memuji-mujinya...
Tapi,,,saat sahabat tdk bersama saat bersedih dan berduka, malah ngomel2 dalam hati dan bilang Dia bukan sahabat...
Trus,,,maunya apa???
apa harus sahabat menemani sampai 24 jam...???
Kata orang, sahabat adalah tempat berbagi suka maupun duka bersama.
Apa bedanya sahabat dan teman...???
Kata orang, sahabat dan teman itu beda...
Dimana sahabat ada disaat kita suka maupun duka, kalau teman biasanya ada saat dia butuh.
Apa gunanya punya sahabat...????
Kata Orang, kita bisa mencurahkan isi hati kita, masalah kita, dan sebagainya.
Apa punya sahabat menyenangkan...???
Kata Orang, Ya Iyalah kan kita selalu bersama saat suka maupun duka.
Apa semua itu benar...???
tapi...Bagaimana jika yang dikatakan sahabat tdk ada saat bersedih dan berduka, tidak dapat menyimpan curahan hati....???
Apa masih pantaskah dikatakan sahabat....???
Inilah sulitnya....
Disaat senang dan suka bersama sahabat, malah memuji-mujinya...
Tapi,,,saat sahabat tdk bersama saat bersedih dan berduka, malah ngomel2 dalam hati dan bilang Dia bukan sahabat...
Trus,,,maunya apa???
apa harus sahabat menemani sampai 24 jam...???
Kamis, 15 Oktober 2009
Mengapa.....????
Mengapa hidup ini harus ada pilihan????
Mengapa pertemuan harus ada perpisahan?
Mengapa ada tawa harus ada tangisan???
Mengapa juga ada kebahagiaan harus ada kesedihan???
Disaat dihadapkan pada pilihan, ada 2 kenyataan yang harus kita hadapi antara KEBAHAGIAAN atau malah PENYESALAN????
Bagaimana bila pilihan itu jatuh pada PENYESALAN???
apa harus kita mengeluarkan air mata untuk menjalani kehidupan yang kita pilih???
Atau mungkin juga menjalani hidup dengan penyesalan seumur hidup???
Mengapa pertemuan harus ada perpisahan?
Mengapa ada tawa harus ada tangisan???
Mengapa juga ada kebahagiaan harus ada kesedihan???
Disaat dihadapkan pada pilihan, ada 2 kenyataan yang harus kita hadapi antara KEBAHAGIAAN atau malah PENYESALAN????
Bagaimana bila pilihan itu jatuh pada PENYESALAN???
apa harus kita mengeluarkan air mata untuk menjalani kehidupan yang kita pilih???
Atau mungkin juga menjalani hidup dengan penyesalan seumur hidup???
Rabu, 14 Oktober 2009
Rintihan seorang anak
Inilah hidup yang harus saya hadapi....
saya harus merelakan dan mengikhlaskan kepergian sesosok ayah karena sakit yang dideritanya.
hamba tak kuasa menahan air mata setiap ingat dan menyadari bahwa ayah sudah tidak bersama kami lagi untu selama-lamanya.
betapa terpukulnya hati keluarga kami saat harus menerima kenyataan hidup seperti ini karena harus kehilangan seseorang yang spesial dihati kami sekeluarga...
Riindu kami pada_Mu ayah...!!!
Rindu saat-saat kita berkumpul bersama...
Rindu dengan canda tawaMu ayah...
Rindu dengan suaramu
Rindu dengan nasihat2mu ayah....
Kami sekeluarga rinu ayah....
semua ini hanya bisa menjadi kenangan indah antara kami sekeluarga dengan ayah.......
tak akan pernah kami melupakan ayah, ayah akan slalu ada dihati kami.
tak akan ada yang bisa menggantikan ayah dihati kami.........
Dan kami selalu berdo'a untuk ayah agar ayah ditempatkan ditempat yang terbaik disisi ALLAH SWT dan diberikan jalan yang lurus menuju Surga ALLAH, amien ya ALLAH....
saya harus merelakan dan mengikhlaskan kepergian sesosok ayah karena sakit yang dideritanya.
hamba tak kuasa menahan air mata setiap ingat dan menyadari bahwa ayah sudah tidak bersama kami lagi untu selama-lamanya.
betapa terpukulnya hati keluarga kami saat harus menerima kenyataan hidup seperti ini karena harus kehilangan seseorang yang spesial dihati kami sekeluarga...
Riindu kami pada_Mu ayah...!!!
Rindu saat-saat kita berkumpul bersama...
Rindu dengan canda tawaMu ayah...
Rindu dengan suaramu
Rindu dengan nasihat2mu ayah....
Kami sekeluarga rinu ayah....
semua ini hanya bisa menjadi kenangan indah antara kami sekeluarga dengan ayah.......
tak akan pernah kami melupakan ayah, ayah akan slalu ada dihati kami.
tak akan ada yang bisa menggantikan ayah dihati kami.........
Dan kami selalu berdo'a untuk ayah agar ayah ditempatkan ditempat yang terbaik disisi ALLAH SWT dan diberikan jalan yang lurus menuju Surga ALLAH, amien ya ALLAH....
Langganan:
Postingan (Atom)